Keluargaku Dipermalukan Saat Hari Pernikahanku Dan Dapat Jempol Dari Semua Tamu

BELLA BLOG'S



Bella Blog's - Kami adalah murid sekelas jurusan di kuliah. Calon suamiku sebenarnya tampan, wanita manapun pasti suka sama dia. Akan tetapi, tidak pernah sekalipun kita lihat dia berpacaran sampai kita mengira dia gay.


Aku juga mengira seperti itu ketika aku menyatakan cinta dan ditolak olehnya. Suatu malam ketika aku clubing, aku melihat dia bekerja sebagai bartender disana. tidak aku pedulikan, aku minum sampai mabuk dan tanpa sadar aku menciumnya dengan paksa.

Tapi sejak itu dia menjauhiku dan aku tidak senang, aku perintahkan orang-orang untuk memukul dia. Aku kira hubungan kita akan berakhir sampai disini, tetapi Tuhan mempertemukan kami kembali, setelah lulus kuliah, aku bekerja di perusahaan yang lumayan terkenal di daerahku.

Aku bertemu dengan dia, dia datang interview di perusahaan tempatku bekerja dan dia cukup kaget ketika melihat aku. kita ngobrol dengan canggung, dan dia yang Salting akhirnya langsung minta ijin untuk pergi interview.

Sore menjelang malam, aku telepon dia dan menanyakan bagaimana hasil interviewnya. Dari suaranya, aku sudah tau dia tidak berhasil. Akhirnya aku mengundangnya makan malam dan dia mengiyakan ajakanku.

Hari itu kami ngobrol banyak sekali, aku bahkan memberanikan diriku bertanya kenapa kamu menghindar dariku. Dia menjawab, dia sama sekali tidak membenci aku yang menyuruh orang memukulnya, bahkan dia menolakku karena dia berasal dari keluarga yang miskin.

Dia tidak ingin kalau nanti bersama, aku harus menderita karena kemiskinannya. aku sedih mendengar penjelasan dia. Kejamnya aku tidak mencoba mengerti kenapa dia sampai harus berjuang sekeras mungkin untuk mendukung ekonomi keluarganya.

Sejak saat itulah, hubungan kita membaik dan semua masalah bisa saling kami ceritakan. Beberapa tahun ini, kami saling mendukung satu sama lain, berjuang bersama, bahkan tanpa kami sadari, kami sudah pacaran.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertemu dengan mamanya, yang aku ketahui mereka memang miskin, tapi tidak pernah kusangka, mamanya ternyata cacat. Orangtuaku tidak setuju dengan hubungan kami.

Aku jelaskan hubungan ini adalah antara aku dan calon suamiku, bukan dengan orangtuanya, tetapi apa daya, orangtuaku tidak mau mendengar. Akhirnya kami pacaran Backstreet dan aku hamil. Saat aku hamil mau tidak mau orangtuaku akhirnya menyetujui hubungan kami dan mempersiapkan pernikahan kami.

Masalah tidak berakhir disini, mamaku bersikeras melarang calon suamiku untuk mendatangkan mamanya yang cacat ke pesta pernikahan kita. Alasannya adalah karena hari itu akan banyak orang penting yang akan datang dan mama tidak mau muka keluargaku hilang hanya karena tahu kalau mama calon suamiku cacat.

Aku sudah berusaha membujuk mamaku, tetapi ini adalah syarat terakhir agar orangtuaku merestui pernikahan kita, aku akhirnya mau tidak mau memaksa calon suamiku untuk mengiyakan syarat orangtuaku.

Namun di hari pernikahanku, benar mama suamiku tidak datang. sampai ditengah pesta, suamiku tiba-tiba pergi keluar dan masuk dengan menggendong mamanya dan duduk di kursi suamiku. Dia naik ke panggung, dengan mic yang sengaja dikeraskan.

Dengan gagah berani dia berkata, Hadirin sekalian yang terhormat, terima kasih sudah datang ke pesta pernikahan kami dan menjadi saksi cinta kami berdua. Namun yang terpenting, aku lebih berterimakasih kepada kedua orangtuaku.

Kedua orang yang telah membesarkan aku hingga sekarang ini, mengajari aku bagaimana menjadi pria sejati. mungkin hadirin sekalian heran bagaimana 2 orang cacat bisa membesarkan anak yang tidak pantang menyerang seperti ini.

Tapi itulah perjuangan mereka berdua. saat aku SMA papa jatuh dari tempat dia bekerja sehingga pinggangnya terganggu. Namun demi aku, dia tidak menyerah, dia terus bekerja, hemat makan, demi aku sekolah.

Mama juga tidak mau belanja apa-apa dan tidak mau menyembuhkan penyakitnya hanya demi kuliahku. Semua mereka hematkan demi aku, yang mungkin tidak pintar, tidak kaya, tetapi harga diri keluargaku aku pegang dengan utuh.

Pesan terakhir dari mendiang papa adalah aku harus menyenangkan mama bagaimanapun caranya, dan kejamkah aku kalau tidak mendatangkan mamaku dihari pernikahanku yang hanya seumur hidup sekali.

Memiliki ibu yang cacat tidaklah memalukan, lebih memalukan lagi jika aku tidak bisa menghargai orang yang menggunakan nyawa dan tubuhnya untuk masa depanku. Suamiku dengan airmatanya turun dari panggung, berlutut depan mamanya dan mencium kaki mamanya sebagai tanda hormat dan cintanya.

Standing Applause dari semua tamu meramaikan suasana dan di waktu yang sama menghitamkan wajah mamaku. Aku tau cara itu memalukan keluargaku, apalagi mama. Tapi aku tau bersama pria yang begitu mencintai keluarganya sendiri, aku akan mampu menghadapi rintangan masa depan yang tidak kuketahui, tapi aku tidak takut karena dia bersamaku.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »